Nama Padang Bai di Bali memang tidak seterkenal kawasan-kawasan wisata Bali populer seperti Kuta, Sanur, Ubud, dan lain-lain. Mereka yang mengenal namanyapun mungkin hanya mengenalnya sebagai pelabuhan ferry penyeberangan antar pulau, seperti Merak dan Bakauheni yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera atau Ketapang dan Gilimanuk yang menghubungkan Pulau Jawa dan Bali. Tidak salah, Padang Bai memang merupakan pelabuhan ferry penyeberangan yang menghubungkan Pulau Bali dan Lombok.
Yang mungkin tidak semua orang tahu adalah keberadaan pantai-pantai indah yang lokasinya hanya sepelemparan batu saja dari Pelabuhan Penyeberangan Padang Bai. Sayangnya entah karena tidak tahu atau karena alasan-alasan lain, kebanyakan wisatawan domestik yang berlibur di Bali memilih untuk melewatkan pantai-pantai indah ini. Tidak heran kalau anda berkunjung ke pantai-pantai ini, anda mungkin merasa seperti menjadi orang asing padahal anda berada di negeri sendiri, karena kebanyakan wisatawan yang menikmati pantai-pantai ini adalah turis asing.
Kemarin saya berkesempatan menghabiskan seharian di kawasan ini dan menikmati keindahan ketiga pantai yang meskipun lokasinya berdekatan tapi memiliki kekhasan masing-masing.
Pantai Bias Tugel
Pantai ini punya beberapa nama lain yang sepertinya disematkan para wisatawan asing yang bisa jadi memang nggak tahu nama asli pantai ini, diantaranya White Sand Beach dan Secret Beach. Mungkin sebetulnya meskipun memang pantai ini berpasir putih, tapi menamakan pantai ini White Sand Beach nggak cocok, karena pantai-pantai lain yang berdekatan juga pasirnya berwarna putih. Tapi kalau disebut Secret Beach mungkin boleh juga, karena lokasinya memang tersembunyi.
Untuk mencapai Pantai Bias Tugel, ada jalan kecil ke arah kanan tepat sebelum gerbang masuk Pelabuhan Penyeberangan Padang Bai. Jalannya kecil, tapi mobil bisa masuk. Ikuti jalan ini sampai ke ujung dan anda akan menemukan ujung jalan dimana sejumlah kendaraan terparkir. Setelah memarkir kendaraan, anda masih harus berjalan kaki cukup jauh, mulai dengan menuruni jalan setapak beralas beton kemudian berubah menjadi jalan tanah menyusuri tegalan di atas tebing.
Lumayan melelahkan. Tapi untuk mereka yang mau berlelah-lelah menempuh perjalanan untuk sampai ke pantai ini, Pantai Bias Tugel membayarnya bukan hanya impas tapi berlipat-lipat. Bentangan Pantai Bias Tugel tidak terlalu panjang, mungkin hanya sekitar 200 meteran saja, di kedua ujung dibatasi gugusan karang. Pantainya landai dan lebar, tetap cukup lebar bahkan pada saat pasang naik. Pasirnya putih bersih dengan sedikit bias campuran pasir hitam. Sementara airnya sangat jernih. Ombaknya relatif tenang sehingga aman dan nyaman untuk berenang atau sekedar bermain air.
Karena letaknya yang tersembunyi, tidak banyak pengunjung yang datang ke pantai ini. Pada saat sedang ramaipun sepertinya paling hanya sekitar puluhan yang hampir semuanya bule. Karena pengunjungnya sedikit, kita bisa menikmati suasana pantai ini dengan tenang. Kalaupun tidak mau berpanas-panas seperti turis-turis bule yang berjemur di pantai ini, ada cukup banyak tempat dimana kita bisa bersantai tanpa terpapar terik matahari.
Hal menarik lain dari Pantai Bias Tugel Bali ini adalah “kolam” yang berada di tengah gugusan karang di ujung utara pantai. Sengja saya tulis dengan tanda kutip karena sebetulnya memang bukan benar-benar kolam, tetapi cekungan berbentuk bulat dimana air laut terperangkap sehingga nampak seperti kolam. Hampir tertutup tetapi ada sedikit sisi yang terbuka ke arah laut sehingga airnya terus berganti seiring hempasan ombak. Berendam di kolam ini rasanya lebih nyaman dari Jacuzzi di hotel mewah.
Pantai Padang Bai
Pelabuhan Penyeberangan Padang Bai yang memiliki dermaga dimana ferry yang mengangkut kendaraan dan penumpang menuju Lombok berangkat secara berkala selama 24 jam penuh setiap hari berada di sudut sebuah teluk. Di samping dermaga ada bentangan pantai berpasir putih yang cukup panjang. Panjangnya lebih dari 5 kali lipat panjang Pantai Bias Tugel. Pasirnya berwarna putih bersih. Lebih putih dari pasir Pantai Bias Tugel karena pasir di Pantai Padang Bai ini tidak bercampur dengan pasir hitam. Tekstur butiran pasirnyapun berbeda, lebih kasar seperti butiran merica.
Air di Pantai Padang Bai Bali ini sangat jernih dan sangat tenang. Posisi teluknya memang sangat cekung, sementara di mulut teluk, meskipun dengan jarak yang sebenarnya cukup jauh, ada Pulau Nusa Penida yang menghalangi pesisir dari laut lepas Samudera Hindia. Hanya saya pantai ini sangat ramai dengan aktivitas transportasi. Selain jejeran perahu nelayan yang ditambat ke tepi pantai sehingga kalau berjalan di sepanjang pantai kita dipaksa untuk meloncati satu per satu tambang besar pengikat perahu, pantai ini juga dipakai sebagai tempat mendarat, berangkat, dan menambat sejumlah speed boat. Perahu dan speed boat ini biasanya dipakai untuk transportasi para penyelam. Ada juga dermaga fast boat, kapal cepat yang merupakan alternatif lebih cepat untuk menyeberang ke Lombok.
Tempat yang paling nyaman untuk bersantai di Pantai Padang Bai adalah di ujung timur pantai yang tidak banyak digunakan untuk aktivitas. Mau berenang, bermain air, bermain pasir, atau berjemur, bisa. Mau berteduh juga bisa, karena di ujung timur pantai ini ada banyak pohon yang cukup rindang. Lokasi lain untuk menikmati pantai ini adalah di salah satu cafe yang berjejer di tepi jalan yang membentang di sepanjang tepi pantai.
Tidak seperti Pantai Bias Tugel, Pantai Padang Bai sangat mudah dicapai karena berada di tepi jalan. Tinggal parkir kendaraan di lapangan parkir yang berada di depan dermaga fast boat dan berjalan beberapa langkah saja.
Pantai Blue Lagoon
Saya sudah bertanya ke banyak orang yang saya temui di sekitar situ dan tidak ada satupun yang bisa memberi tahu nama asli pantai ini. Nama Blue Lagoon pastilah datang dari turis bule. Wisatawan yang datang ke pantai ini lebih sedikit lagi, dan komposisi turis bulenya lebih besar lagi. Teluk kecil tempat pantai Blue Lagoon ini berada memang merupakan salah satu kawasan pesisir dengan terumbu karang terindah di Bali. Tidak heran kalau kebanyakan wisatawan yang datang ke pantai ini tujuannya kalau tidak snorkeling ya menyelam.
“Blue” pastilah dari warna air lautnya yang biru jernih. Sementara kata “lagoon” sepertinya datang dari kontur dasar lautnya yang seperti membentuk kolam besar seperti laguna, dimana ikan-ikan cantik dan biota laut lainnya bisa kita nikmati keindahannya dengan leluasa karena airnya sangat jernih. Kalau mau snorkeling, tidak perlu jauh-jauh naik perahu ke tengah laut, tinggal nyemplung dari tepi pantai. Kalau mau menikmati keindahan yang lebih aduhai lagi, perairan di sekitar Tanjung Jepun yang berada di ujung utara Pantai Blue Lagoon merupakan titik penyelaman paling top di kawasan perairan Padang Bai dan sekitarnya.
Kalau anda tidak snorkeling dan tidak menyelam, secuil keindahan surga bawah laut ini bisa kita dikmati di gugusan karang yang berada di ujung selatan pantai. Ceruk-ceruk karang disini biasanya selain terisi air yang terperangkap saat air laut surut juga berisi ikan-ikan kecil yang ikut terperangkap.
Pantai Blue Lagoon Bali memiliki pasir putih, tapi hanya di bagian-bagian tertentu saja. Sisa bentangan pantai yang relatif pendek, mungkin hanya separuh Pantai Bias Tugel, beralas karang yang landai dan halus sehingga tetap nyaman diinjak, hanya agak licin saja. Karena dasar lautnya lebih didominasi karang daripada pasir inilah airnya jadi sangat jernih. Kalau tujuan anda berkunjung ke pantai adalah berenang dan bermain air, Pantai Blue Lagoon ini tempat yang paling pas karena airnya sangat jernih dan gelombangnya sangat tenang.
Pantai Blue Lagoon relatif mudah dicapai. Tinggal ikuti jalan di sepanjang Pantai Padang Bai sampai di ujung timur dimana terdapat persimpangan jalan. Ambil jalan ke kiri lalu ikuti saja sampai habis. Jalan ini berujung di lapangan parkir Pantai Blue Lagoon. Dari tempat parkir hanya perlu berjalan beberapa puluh meter saja untuk mencapai pantai.
Pura Silayukti
Sebetulnya selain ketiga pantai indah ini kawasan Padang Bai juga memiliki daya tarik wisata budaya dengan keberadaan Pura Silayukti yang merupakan salah satu pura yang sangat penting dalam tatanan keyakinan Agama Hindu yang dianut mayoritas masyarakat Pulau Bali. Puranya cukup besar dan indah. Keindahannya masih ditunjang dengan posisinya yang berada di atas bukit kecil yang membentuk semenanjung ke tengah laut.
Pura Silayukti Bali tidak berdiri sendiri. Di semenanjung kecil tempat pura ini berdiri setidaknya ada 3 pura lainnya.
Sate Lilit Sari Baruna
Jam makan siang sudah terlewat jauh. Berangkat sekitar jam 9an saya baru keluar dari kawasan Padang Bai sekitar jam 4 sore. Baru inget kalau perut baru terisi air kelapa muda saja. Daging kelapanya dikit banget karena kebetulan saya dapat kelapa muda yang masih sangat muda, dagingnya masih sangat tipis. Tapi kalau makan di seputaran Padang Bai semua makanannya mainstream. Cafe-cafe di tepi pantai rata-rata menawarkan campuran dari menu-menu populer kombinasi lokal dan bule, ya sejenis-jenis nasi goreng dan spaghetti.
Akhirnya saya memilih meluncur balik ke arah Denpasar dan berencana makan sate lilit khas Bali di tempat asalnya, Pesinggahan, yang merupakan wilayah Kabupaten Klungkung. Sudah beda kabupaten dengan Padang Bai. Favorit saya sebetulnya Warung Merta Sari yang letaknya agak tersembunyi. Tapi kali ini saya memilih mampir di Warung Sari Baruna yang berada persis di tepi jalan raya. Sudah lama saya nggak kesini. Terakhir mungkin sudah sekitar 8-10 tahun yang lalu. Sejak saya mencoba Warung Merta Sari dan jatuh cinta dengan rasanya, saya tidak pernah kesini lagi.
Tapi ya saya fikir sudah sekian tahun masa sih dia nggak mikir juga meningkatkan kadar keenakan sajiannya sehingga senjata bersaingnya dengan Warung Merta Sari lebih penting dari sekedar lokasi yang lebih strategis. Sisi lain, masa saya masih mau terus bilang “Kalau mau sate lilit Pesinggahan jangan yang di pinggir jalan, kurang enak”, semata-mata dengan dasar pengalaman 10 tahun yang lalu? Rasanya koq kurang “fair” ya.
Sayangnya saya kecewa. Masih sama. Dibandingkan dengan penjaja sate lilit kaki lima di Denpasar mungkin tidak terlalu jauh berbeda. Tapi kalau dibandingkan dengan Warung Merta Sari sih jauh. Tapi nggak apa-apalah. Kecewa tapi nggak nyesel, setidaknya saya tetep bisa pede memberi saran.