“Duo Ratu” di Kaki Bukit Jimbaran

Di kalangan kebanyakan wisatawan biasanya nama Jimbaran terhubung dengan seafood. Tidak salah. Karena kawasan Pantai Jimbaran yang di kalangan wisatawan asing dikenal sebagai Jimbaran Bay ini memang terdapat bentangan pantai yang sepanjang tepiannya dipenuhi jejeran restoran dan warung yang semuanya menawarkan hidangan yang sama, seafood. Kebanyakan wisatawan datang menjelang senja untuk menikmati surga dunia, memanjakan perut dengan aneka hidangan seafood sekaligus memanjakan mata dengan keindahan panorama sunset yang spektakuler karena kebetulan pantainya memang mengadap ke arah barat. Bisa! Karena kita tidak makan di dalam restoran atau warung yang kita pilih. Bangunan-bangunan warung dan restoran yang berjejer sepanjang pantai itu biasanya kosong dan hanya menjadi tempat menerima tamu saja. Meja-meja tempat kita makan dipasang berjejer di luar, di atas pasir pantai.

Selain Pantai Jimbaran, ada bagian lain dari kawasan Jimbaran yang dikenal sebagai Bukit Jimbaran. Orang bule menyebutnya Jimbaran Hill. Bukit Jimbaran merupakan bukit kapur yang cukup tinggi. Agak tandus karena lebih banyak kapurnya daripada tanahnya. Tapi ketinggiannya itu membuat panorama dari Bukit Jimbaran sangat indah. Entah ke arah laut atau ke arah bagian utara Pulau Bali itu sendiri, sama-sama spektakuler. Tidak heran kalau di kawasan ini banyak berdiri hotel-hotel berbintang dan villa-villa pribadi super mewah. Saking banyaknya, media-media asing sering kali menjuluki kawasan Bukit Jimbaran ini sebagai “The Beverly Hills of Bali”. Tahu dong Beverly Hills? Kawasan elite di negerinya Donald Trump dimana banyak berdiri rumah-rumah super mewah milik para pesohor papan atas dunia.

Kalau kebanyakan bukit memiliki ladang, sawah, hutan, atau sungai di bawahnya, kaki Bukit Jimbaran langsung bersentuhan dengan laut. Hampir seluruh kaki bukit disini merupakan tebing dimana ombak menghempas dengan ganas di bawahnya. Di antara tebing-tebing inilah tersembunyi pantai-pantai berpasir putih yang sangat indah. Pantai Suluban, Pantai Kutuh, Pantai Pecatu, Pantai Cemongkak, Pantai Balangan, Pantai Labuan Sait, dan banyak lagi yang lainnya. Sejumlah nama eksotis disematkan para wisatawan bule pada pantai-pantai itu karena keindahannya. Sebut saja Pantai Dreamland, The Impossibles, Secret Beach, Honeymoon Beach, dan lain-lain. Dua diantara pantai-pantai indah ini adalah Pantai Labuan Sait dan Pantai Padang Padang. Lokasinya bersebelahan dan hanya terpisah gugusan karang, dan uniknya orang sering kali tertukar-tukar menyebutnya.

Indah? Pastinya. Warrrbyasah kata anak-anak sekarang. Bukti keindahannya? Pantai ini menjadi salah satu lokasi shooting film romantis berjudul Eat, Pray, Love yang dilakoni bintang ternama Julia Roberts, 5 kali menyandang predikat wanita tercantik sejagat.

Pantai Labuan Sait

Hamparan Pasir Putih Pantai Labuan Sait Bali

Pantai ini merupakan hamparan pasir yang terjepit rekahan tebing karang. Sepertinya tadinya rekahan ini merupakan aliran sungai alias muara. Seperti kebanyakan muara, alirannya semakin melebar menuju arah laut, seperti corong. Mulut muara yang sudah tidak ada aliran air sungainya inilah yang diselimuti hamparan pasir putih yang sangat halus. Tapi selebar-lebarnya rekahan muara, bentangan pasir pantai ini relatif sempit. Pastinya. Namanya juga sungai di kawasan tandus. Airnya tentunya tidak banyak, sungainya pastinya sempit, sehingga mulut muaranya juga tidaklah lebar. Beda dengan muara Sungai Musi di Sumatra, Sungai Mekong di kawasan Indocina, atau Sungai Chao Phraya di Thailand.

Sudah cukup lama tidak melintasi kawasan Jalan Labuan Sait yang merupakan percabangan dari jalan raya menuju Pura Uluwatu, ternyata sekarang kawasan Pantai Labuan Sait sudah jauh lebih tertata. Kalau dulu kendaraan bertebaran parkir di tepi jalan termasuk di atas jembatan, sekarang sudah tidak lagi. Ada lapangan parkir cukup luas yang tertata rapi, beraspal mulus lengkap dengan garis-garis pandu, rambu-rambu, bahkan toilet dan gazebo tempat para sopir transport wisata Bali yang datang mengantar wisatawan beristirahat. Parkirnya gratis pula. Tidak disodori karcis dan dipungut biaya baik saat masuk maupun keluar.

Lapangan parkir ini posisinya berseberangan jalan dengan pantai. Jadi setelah aman memarkir kendaraan, kita harus menyeberang jalan untuk memasuki gerbang menuju pantai. Gerbang dan jalan masuknya sudah ditata sangat rapi, dengan gapura-gapura khas Bali, pelataran dan bangku tempat duduk di bawah keteduhan pohon, serta jalan setapak dengan paving yang rapi. Menunggu di balik pintu gerbang ada booth karcis masuk. Catet ya, karena di Bali ini kebanyakan pantai tidak mengutip biaya masuk. Harga tiketnya Rp. 10.000 untuk dewasa dan Rp. 5.000 untuk anak-anak. Tapi saat saya masuk, entah kenapa si ibu petugas bilang “Lima ribu saja.” Mungkin karena muka saya yang baby face dan unyu-unyu sehingga berhak masuk ke dalam kategori anak-anak. Ya sudahlah, masa mau ditawar.

Menyambut di sepanjang jalan setapak menuju pantai ada beberapa ekor kera yang untungnya jinak dan tidak nakal. Tidak ada salahnya membawa sedikit makanan untuk mereka kalau ke pantai ini. Jalan setapak tiba-tiba menurun dan menyempit melalui celah batu karang. Sekali-sekali harus berhenti untuk saling memberi jalan dengan mereka yang berjalan dari arah berlawanan. Apalagi kebanyakan wisatwan yang datang kesini bule yang rata-rata badannya besar-besar. Di ujung celah kita langsung disambut hamparan pasir putih yang dipenuhi jejeran payung pantai.

Entah karena pantainya sempit atau pengunjungnya yang kebanyakan, Pantai Labuan Sait ini cenderung terasa crowded, ramai banget. Puluhan wisatawan  bule rebahan berjemur di atas pasir, ada yang memejamkan mata seolah tertidur, ada yang membaca entah dari buku atau gadget, ada juga yang sekedar mengobrol. Hamparan pasirnya yang landai membuat kita leluasa bermain air. Kalau mau sedikit menyepi, berjalanlah ke arah laut lalu belok ke kanan. Ada banyak hamparan pasir pantai tersembunyi diantara bongkahan-bongkahan karang berukuran raksasa. Kalau nggak mau berpanas-panas di bawah terik matahari, pilihlah tempat santai di bawah bongkahan karang.

Selain berjemur, berenang, dan menikmati panorama, Pantai Labuan Sait juga memiliki ombak yang cukup oke untuk berselancar. Tapi harus memperhatikan musim karena karakter ombak berubah-ubah sepanjang tahun. Kalau ombaknya sedang kecil, para peselancar kawakan biasanya memiih untuk pergi mencari pantai lain. Tapi untuk wisatawan pemula sih biasanya ombaknya dianggap lumayan meskipun pada kondisi ombak paling tenang sekalipun.

Pantai Padang Padang

Goa di Tebing Pantai Padang Padang Bali

Pantai ini tersembunyi. Kalau Pantai Labuhan Sait berada persis di tepi jalan raya, untuk mencapai Pantai Padang Padang kita perlu sedikit berjuang. Dari jalan raya kita masuk melintasi jalanan berbatu sejauh beberapa ratus meter sampai kita bisa memarkir kendaraan di lapangan kosong di bibir tebing. Perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki menuruni tangga. Lumayan. Konon jumlah anak tangganya mencapai 175 buah yang kemudian dikatakan orang setara dengan jogging sejauh 2,5 kilometer. Lumayan ya. Tapi perjalanan turun tidak akan terasa melelahkan koq, dijamin. Karena sepanjang perjalanan kita dihibur dengan hamparan keidahan yang luar biasa di depan mata.

Meskipun lokasinya berdekatan, suasana di Pantai Padang Padang sangat berbeda dengan Pantai Labuan Sait. Bentangan pasir di pantai ini lumayan panjang, lebih dari satu kilometer, dengan gugusan karang yang menutup di kedua ujungnya. Tetapi bertolak belakang dengan panjang bentangan pantainya, pengunjung ke pantai ini relatif sedikit. Jauh lebih sedikit dari Pantai Labuan Sait. Mungkin karena itu penataan Pantai Padang Padang juga cenderug aakadarnya. Jalan masuknya masih jalan setapak berbatu. Lapangan parkirnya hanya tanah kosong dikelilingi alang-alang. Tangga untuk menuruni tebing memang bersemen, tapi asal-asalan. Tinggi setap undakan tangga juga berbeda-beda dan cenderung terlalu tinggi sehingga perjalanan melaluinya lebih melelahkan. Sebagai kompensasinya, masuk ke Pantai Padang Padang ini gratis alias tidak ada pungutan biaya.

Rasanya saya sudah berkali-kali mengunjungi semua pantai di Bali, yang jauh dan terpencil sekalipun. Kalau saya boleh meranking keindahan pantai-pantai di Bali menurut pendapat saya pribadi, Pantai Padang Padang merupakan salah satu pantai di Bali yang paling indah. Menurut saya, yang paling indah Pantai Nyang Nyang, yang kedua Pantai Padang Padang. Entah kenapa dua pantai di posisi teratas daftar pantai terindah versi saya koq namanya merupakan pengulangan.

Pasir di Pantai Padang Padang ini berwarna putih, tapi teksturnya cenderung kasar. Kalau diperhatikan dari dekat, butiran pasirnya nampak mirip merica. Sepanjang bentangan pantai, permukaannya berganti-ganti antara pasir dan hamparan batu karang. Tapi batu karangnya juga landai, sama landainya dengan permukaan pasir. Sementara tekstur permukaannya juga halus sehingga nyaman untuk diinjang maupun diduduki.

Meskipun hampir selalu ada wisatawan, terutama wisatawan asing, yang berkunjung ke pantai ini, suasana Pantai Padang Padang sangat berbeda dengan Pantai Labuan Sait. Pantai Padang Padang ini terasa lengang, cenderung sepi. Jejeran payung pantai yang bisa dipakai wisatawan untuk bersantai jumlahnya bisa dihitung dengan jari tangan, itupun kebanyakan kosong. Ada satu-dua cafe kecil yang sangat sederhana di tepi pantai. Hotel juga ada, tapi kecil sekali, sepertinya jumlah kamarnya tidak sampai 10. Sepertinya kebanyakan wisatawan lebih memilih menikmati pantai ini dengan cara yang paling alami, duduk atau rebahan di atas pasir. Kalau terik matahari terasa terlalu tajam menusuk kulit, sepertinya mereka lebih memilih keteduan pohon atau ceruk di tebing karang untuk berteduh.

Pantai dengan hamparan butiran pasir yang kasar, batu, atau karang memang biasanya airnya sangat jernih. Pantai Padang Padang juga begitu. Air lautnya sangat jernih sehingga pasir, karang, dan rumput laut yang berada di dasarnya bisa terlihat sangat jelas dari permukaan.

Kalau dirasa-rasa, bentangan Pantai Padang-Padang ini seperti terbagi tiga. Bagian tengah, pas di seputaran ujung tangga, hampir sepenuhnya hamparan pasir. Kebanyakan wisatawan yang berjemur dan bersantai menghabiskan waktu mereka di bagian ini. Lebih ke ujung kiri dari tangga, seolah-olah dipisahkan oleh bongkahan karang besar, adalah bagian dimana terdapat banyak bongkahan karang besar-besar, dengan bidang-bidang yang diselimuti pasir di sana sini. Kalau mau bersantai menikmati keindahan pantai tanpa harus berpanas-panas, bisa memilih bagian ini, berteduh di bawah bongkahan-bongkahan karang. Kalau berjalan lebih jauh lagi, malah ada ceruk besar menyerupai goa, sepi dan teduh. Bisa ketiduran tuh kalo nongkrong berlama-lama disitu.

Nah bagian yang ketiga, itu ke kanan dari kaki tangga. Di bagian ini hamparan pasir berganti dengan hamparan karang. Uniknya hamparan karang ini sama landainya dengan hamparan pasirnya, jadi bukan berupa bongkahan-bongkahan besar seperti di bagian kedua tadi. Permukaannya juga tidak kasar apalagi tajam, tapi halus dengan tekstur mirip kulit jeruk. Berjalan-jalan dengan kaki telanjang di atasnya tidak membuat kaki kesakitan apalagi terluka. Di bagian ini juga ada beberapa pohon besar. Jadi bisa memilih berteduh di bawah pohon kalau malas berpanas-panas.

Karakter Pantai Padang Padang ini bisa berubah drastis tergantung musim. Ada saat-saat dimana airnya yang jernih itu sangat tenang. Snorkeling terutama di bagian-bagian yang dipenuhi gugusan karang merupakan aktivitas yang bisa dinikmati disini. Tapi ada saat dimana ombaknya bisa bergulung setinggi bermeter-meter. Tidak heran kalau pantai ini juga dikenal sebagai salah satu pantai surfing di Bali yang sangat populer terutama di kalangan peselancar yang memiliki tingkat keahlian mumpuni. Biasanya setiap tahun ada beberapa event surfing berkelas dunia digelar disini.

Tertarik untuk menjajal gulungan ombak di kedua pantai ini? Pastikan dulu kalau jam terbangnya sudah cukup mumpuni untuk menaklukan tantangannya. Kalau belum, sebaiknya luangkan cukup banyak waktu berlatih di pantai-pantai yang ombaknya lebih bersahabat untuk pemula, seperti surfing di Pantai Kuta misalnya. Karena peselancar kawakan biasanya membawa papan selancar sendiri, memang tidak banyak penyewaan papan selancar disini. Di Pantai Labuan Sait ada satu tempat penyewaan papan selancar, di Pantai Padang Padang sama sekali tidak ada. Bandingkan dengan Pantai Kuta yang kalau mau rajin menghitung jumlah tempat penyewaan papan selancar mungkin perlu meminjam jari tangan beberapa orang.

Leave a Reply

Your email address will not be published.